Monday, July 24, 2017

Filled Under:

Sebelum Meninggal, Isterinya Meninggalkan Satu Pesan SMS, dan dia Pun Menangis Pilu. Setelah Dua Tahun Kemudian Dia Menemukan Satu “Rahsia” Tersembunyi!

Sebelum Meninggal, Isterinya Meninggalkan Satu Pesan SMS, dan dia Pun Menangis Pilu. Setelah Dua Tahun Kemudian Dia Menemukan Satu “Rahsia” Tersembunyi!

 0
Ayah saya adalah seorang manajer professional di sebuah perusahaan dengan penghasilan miliaran per tahun.
Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya sepanjang hari, sehingga mengabaikan pendidikan saya.
Sejak kecil saya lebih suka bermalas-malasan, dalam konsep saya pribadi, asalkan ada uang, maka semua masalah bisa diselesaikan.
Tidak pernah terlintas dalam benak saya bagaimana mewujudkan nilai-nilai kehidupan itu mengandalkan usaha sendiri.
Sampai beberapa tahun kemudian setelah menikah, saya masih saja hidup seperti “parasit” menggantungkan hidup pada orang lain.
Belakangan, ayah meninggal, ini adalah pukulan yang cukup berat bagi saya.
Sementara itu, isteri saya menyarankan untuk berbisnis saja, jika tidak, cepat atau lambat pasti akan timbul masalah jika sepanjang hari hanya makan dan tidur, harta segunung juga akan habis.
Sebelumnya saya tidak menginginkan yang namanya pernikahan, karena menurut saya hanya akan menimbulkan hal-hal yang memusingkan kepala setelah nikah dan beristeri.
Tetapi selama waktu itu, dimana setelah saya mengalami sendiri bagaimana rasanya ketika kehilangan orang-orang terdekat (keluarga), maka cinta akan menjadi akhir kamu satu-satunya.
Saya merenungkan saran isteri, membuka sebuah kedai makanan.

Pada awalnya usaha tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, belakangan setelah dibantu oleh isteri, kami pun mendapatkan keuntungan yang lumayan.
Pada saat itu saya pun sedikit merasa puas diri, beberapa teman menyarankan saya untuk menanamkan beragam investasi yang berisiko tinggi.
Tetapi karena tak tahan godaan dan membayangkan bisa mendapat keuntungan besar, saya pun investasi.
Tapi hasilnya berantakan semua.
Dan pada saat seperti itu, isteri saya didiagnosis menderita kanker. Sering kemoterapi, sehingga membuat beban hidup saya semakin berat dan tak tertahankan.
Demi mengurangi beban saya, dia pun bekerja serabutan selama sakitnya.
Sambil menahan siksaan sakit karena momok penyakit yang menderanya, dia tetap bekerja keras setiap hari dengan fisiknya yang lemah.
Kurang lebih dua tahun kemudian, akhirnya dia pun tak mampu bangkit lagi dan tak pernah bisa siuman lagi untuk selamanya.
Setelah isteri saya meninggal, baru saya rasakan betapa tak berdayanya saya.
Usaha apa saja selalu sulit saya lakukan, sementara teman-teman yang hanya di bibir saja itu juga entah kemana rimbanya.
Semuanya raib bak ditelan bumi saat dibutuhkan.
Dan tanpa terasa dua tahun pun berlalu.
Hari itu, saya berencana ganti ponsel yang baru, ketika ingin memindahkan file dalam ponsel lama, tanpa sengaja saya melihat sebuah pesan SMS dua tahun lalu.
SMS itu dikirim isteri saya sebelum meninggal, dan bunyi SMS itu seperti berikut:
“Suamiku, aku rasa tak mampu bertahan lebih lama lagi. Sekarang aku harus memberitahu satu hal padamu. Ketika ayah meninggal, ia meninggalkan kartu ATM untukku. Di dalamnya ada dana tunai sebesar 9.8 miliar. Ayah bilang kamu lebih suka bergaul dengan teman-temanmu daripada memikirkan masa depan. Cepat atau lambat pasti akan kena batunya. Kartu ATM itu aku simpan di dalam laci kedua meja riasku. Ayah bilang jangan berikan kartu ATM itu kalau tidak benar-benar terdesak. Saat ini, aku merasa kepalaku sangat sakit serasa mau pecah, dan sepertinya tak sanggup bertahan lagi. Kamu gunakanlah uang ini dengan sebaik-baiknya, lebih baik kamu buka usaha saja dengan baik. Ingat, jangan terlalu serakah dalam setiap usaha apapun, tetap semangat, jangan gampang menyerah, dan hiduplah baik-baik.”
Mata saya berkaca-kaca dan tak tahan air mata pun berlinang setelah membaca pesan SMS dari mendiang isteri saya.
Kembali sejenak pada waktu dua tahun lalu.
Hari itu, demi menyembuhkan istrinya, dia keluar mengambil uang.
Tapi, isterinya sudah meninggal setelah ia kembali ke rumah. Dan karena sibuk mengurus pemakaman isterinya, ia tidak memperhatikan pesan masuk di ponselnya.
Dia benar-benar tidak menyangka, demi suami, istrinya bahkan enggan menghabiskan uang itu selama sakitnya.
Jika saja ketika itu mendengar apa yang dikatakan isterinya, ia juga tidak akan terpuruk seperti sekarang.
Akhirnya dia menyadari betapa besarnya kekuatan keluarga dan cinta.
Sangat-sangat disesalkan seharusnya waktu itu tidak boleh terlalu egois.
Sampai pada detik-detik terakhir hidupnya (isteri), dia tidak memenuhi tanggung jawab paling dasar dari seorang suami.
Tapi menyesal juga sudah tidak ada artinya, bukan?
Karena itu, pikirkanlah secara matang sebelum bertindak, dan pertimbangkanlah segala konsekuensinya, karena tidak ada obat penyesalan di dunia ini.
Sumber: kamiviral




0 comments:

Post a Comment